Kamis, 22 Mei 2014

Tulisan Setengah Sadar Inna

MetamorphoSelf
            Bentuknya bulat, warnanya putih kau mungkin bisa menemukannya pada alat pembuat makanan alami dimuka bumi yang biasa disebut daun, 3 hari ia bertahan dalam persembunyiannya itu ia keluar dan panggil dia Larva. Kau tahu bagaimana larva itu? Ia kecil, menjijikkan, mungkin orang biologi bisa menyebutkan ciri-cirinya mempunyai rambut, duri, tuberkel atau filamen dan bla bla bla. Entah siapalah yang sangat kejam menjadikan makhluk mungil ini sehingga ia sangat diabaikan oleh dunia.
Coba tanya pada diri kalian, pernah tidak kalian menghargai kehidupan dari larva mungil ini? dia adalah makhluk yang paling tidak egois di dunia ini. Ketika lahir, ia bahkan hanya memakan cangkangnya, tempat ia berlindung selama 3 hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia sangat jijik menerima keberadaannya, tidak ada makhluk yang sudi menyentuhnya bahkan manusia sendiri akan berteriak merasa geli ketika di dekatkan pada makhluk ini. Benar bukan?
 Tapi apa yang ia lakukan? ia terus bertahan sebisanya, menembus segala permukaan yang ada, kasar ataupun halus tubuh lunaknya tak peduli ia terus bergerak mencoba bertahan hidup ditengah kerasnya kehidupan. Ia tak peduli seberapa kejam dunia mencelanya ia hanya memakan apa yang alam sediakan untuknya, ia terus berusaha bertahan hidup, ketika ia lelah oleh kerasnya duri yang ia lewati, ketika ia punya kesempatan ia hanya mampu berganti kulit sekedar untuk meringankan sakit yang ia derita.
Hingga tiba saatnya, akan berhenti makan, berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang yang sederhana. Bukan karena ia lelah. Ia hanya mempersiapkan diri untuk berkarya dalam diam ditempat yang kokoh yang ia buat sendiri. Tak perlu waktu bertahun-tahun untuk berkarya duniapun tak akan tahu apa yang terjadi dalam kepompong. Dan… merangkaklah ia ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal dan kepakan pertama itu membuat sayapnya mengering, mengembang dan kuat, sayapnya akan membuka dan menutup beberapa kali dan percobaan terbang. Kupu-kupu tidak lama hidup paling lama seminggu ia akan mati meninggalkan generasi-generasi berproses berikutnya.
Dari metamorfosis itu, kita tidak akan menemukan makna yang luar biasa ketika kita berfikir yang biasa-biasa saja, coba berfikir secara cemerlang. Melihat bukan hanya proses yang biasa kita nyanyikan sewaktu kecil. Sekedar telur-telur ulat-ulat kepompong kupu-kupu bla bla bla.. tapi ada secarik makna yang biasa kita rangkaikan. Secarak makna mengubah bukan hanya fisik saja. Tapi juga self.
Kita tidak memerlukan kisah yang rumit dalam mencari makna hidup ini. Karena terkadang makna hidup yang sebenarnya berproses di alam tinggal kita saja yang harus mampu mengolah pemikiran cermerlang kita. Hal yang sederhana mamu menjadi cemerlang apabila kita mampu memikirkannya secara cemerlang dan hal yang istimewa bisa terlewatkan begitu saja ketika kita berfikir secara biasa biasa saja.
Berbicara masalah proses atau dalam tulisan ini kita panggil saja metamorfosis. Sudah dijelaskan bukan bagaimana kehidupan kupu-kupu itu berproses. Dari tulisan ini bukan untuk menjelek-jelekkan orang yang tak peduli larva tapi ia hanya menampilkan bagian dari proses sebenarnya.

Proses yang dialami oleh seekor larva ketika didunia ini. Proses itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, proses itu tak semulus melintasi jalan tol. Proses butuh komitmen dan proses butuh pengorbanan. Proses tidak diperuntukkan untuk orang-orang yang merasa dirinya baik tapi proses diperuntukkan untuk orang-orang yang ingin menjadi lebih baik. Dan proses yang sesunggunya adalah ketika diri kita mengalami sebuah perubahan, perubahan yang tentu saja menjadi yang lebih baik dari sebelumnya, perubahan ketika diri kita mampu menerima apa adanya karena ulat takkan pernah mengeluhkan batang-batang daun ia akan terus menggeliat semampunya sebisanya. Saya berharap ada berjuta makna yang mungkin dapat ditarik sendiri. Intinya let’s Metamorphoself ! dari kemarin (Sarah Al-Mustanirah/ Mutmainnah Salam).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar