Kamis, 22 Mei 2014

Tulisan Setengah Sadar Inna

CERITA SANG RATU
Semua penduduk di hutan sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Singa sang raja hutan sibuk mengembara meninggalkan keluarga tercintanya. Semut-semut sibuk dengan kehidupannya membangun istana mereka, mengumpulkan makanan mereka untuk jaga-jaga musim paceklik tiba. Mereka saling menghargai di hutan. Hanya satu yang paling tak terpandang di hutan antah berantah itu. Dia si larva, tubuhnya pucat pasih, bau menjijikkan. Tak satupun makhluk yang peduli dengan hidup makhluk malang ini. Kecuali sang pemangsa serangga yang menjadikannya sebagai penggajal perut.
Ia tak tahu siapa dan dari mana dia berasal. Larva hanya tahu menggeliat, tersembunyi di keramaian yang ada. Dia sibuk dengan dunianya sendiri mencari makan dan berlindung hanya untuk bertahan hidup. Setiap malam dia hanya bisa membayangkan entah jadi apakah dia nanti, jadi kupu-kupu yang indah beterbangan diantara bunga-bunga yang indah, tapi rasanya sulit baginya, ia larva yang sangat kecil dibandingkan larva kupu-kupu. Ataukah dia menjadi lalat yang kerjanya ditempat kotor? ah dia tak mau menjadi makhluk terkotor di dunia ini, dia cukup menderita dengan hidupnya sebagai larva, atau mungkinkah dia menjadi belalang yang berada dipadang rumput, bagaimana mungkin dia menjadi pemangsa utama dirinya. Hahaha dia hanya bisa tertawa membayangkan masa depannya. Namun setiap malam ia berdoa agar kedepannya ia menjadi makhluk yang berguna bagi makhluk lain.
Hingga tiba saatnya, ketika berkarya dalam diam merupakan jembatan bagi terkabulnya doa yang dipanjatkan setiap hari. Pupa terbentuk dan ada makhluk yang diam-diam berproses dalamnya tanpa membiarkan dunia mengintip bagaimana isinya. Dan jawabanya adalah ia menjadi seekor Ratu lebah yang cantik, bermata jeli, bertubuh molek dan menjadi primadona dari semua penduduk lebah. Ketika bersarang segerombolan pasukan melebah pekerja menemukanya menari diatas bunga yang bermekaran. Kebetulan di istana para lebah pekerja itu mengalami kekosongan singgasana karena hilangnya telur Ratu mereka beberapa hari yang lalu. Ia digiring menuju istana sarang yang telah berisi ribuan para lebah pekerja, istananya bersekat-sekat heksagonal yang sangat bersih dihuni oleh lebah jantan dan ribuan lebah pekerja. Ia akhirnya menjadi satu-satunya ratu  lebah yang ada dalam istana tersebut.
Indah memang ketika menjadi seorang ratu dalam istana. Selain keanggunannya, kekuatan yang ada dalam dirinya luar biasa. Ia mampu menyengat siapa saja yang menganggu penduduk dalam istana dan dia berada dalam garda terdepan jika terjadi ancaman. Ratu lebah sekarang sangat sabar dan sangat mencintai rakyatnya. Ia selalu bijak dalam mengarahkan rakyatnya dalam bekerja mencari nektar untuk madunya tanpa disadari madu itu sangat berguna bagi kerajaan manusia. Setiap pagi ia menari, menyanyi agar rakyat pekerja bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.
Di istana yang dibangun sangat megah berada diatas ranting pohon tertinggi, tidak terjamah oleh hewan bahkan tangan makhluk yang bernama manusia. Dalam istana terdapat lebah jantan yang sangat rajin menjaga sarang dan membersihkan sarang dari kotoran. Kadang-kadang terbang sebentar kala cuaca cerah. Untuk makan, lebah jantan lazim disuapi lebah pekerja. Sayangnya, saat musim paceklik tiba, sebagian lebah jantan dibinasakan dan dikeluarkan oleh lebah-lebah pekerja dari sarang. Entah apa alasannya mungkin agar lebah jantan harus terlatih pada kerasnya hidup diluar sarang atau untuk mempersiapkan diri pada sayembara kerajaan yang akan dilaksanakan.
Mayoritas penduduk dalam istana adalah lebah pekerja. setiap lebah pekerja melakukan tugas tertentu sesuai umur yaitu membuat sarang, membersihkan sarang, mengisi madu, memberi makan larva, mengangkut pollen dan menjaga sarang. Pembagian tugas dan organisasi lebah madu sangat teratur, tertib dan disiplin atas kesadaran diri. Semua tugas di dalam sarang, sepenuhnya diatur lebah rumah tangga, sedangkan tugas di luar sarang jadi tanggung jawab lebah lapangan. Itulah sebabnya sang ratu sangat menghargai lebah ini, disamping kuantitasnya paling banyak, tugas yang diembannya cukup berat.
Usia sang Ratu mendekati umur 23 hari, umur yang sewajarnya ia menghasilkan keturunan untuk mencetak generasi-generasi penghasil madu selanjutnya. Ia menyadari bahwa sebentar lagi ia akan digantikan ratu lebah selanjutnya. Hal pertama yang dia lakukan adalah makan sebanyak mungkin ia tak peduli tubuhnya yang begitu cantik menjadi gemuk. Demi kerajaan katanya, Ia makan terus menerus hingga sayembara dimulai. Disinilah letak romantisme ala Romeo and Juliet berlangsung. Para pejantan telah berada di arena terbang sementara Ratu sendiri telah bersedia berkejar-kejaran dengan sang lebah jantan. Perlombaanpun dimulai semua para lebah jantan antusias mengejar sang ratu yang lebih dulu beterbangan.

Tingkah para pejantan yang kalah macam-macam. Ada yang kalah karena terkena embun pagi yang jatuh, lebah jantan yang terjatuh bertabrakan dengan ranting-ranting pohon, bertabrakan degan serangga, tertempet getah tanaman adapula yang lebah jantan yang lepes saat terbang. Hingga menyisakan satu peserta lebah jantan yang sederhana namun sangat cekatan. Dia tak tahu bahwa kemenangannya itu membawanya pada kematiannya. Tapi setidaknya ia harus berhasil mendapatkan sang ratu. Lebah jantan itu akhirnya menjadi pemenang yang terbang menyusul sang Ratu berhak mengawini. Perkawinan berlangsung kala terbang di udara terbuka. Seusai kawin, keduanya jatuh ke tanah. Lebah jantan mati seketika menyisakan Ratu yang Hamil tiba-tiba. Sang ratu kembali kesarangnya, merawat telur-telurnya, menjaganya agar semua telurnya tidak tesesat seperti dirinya dulu hingga akhir hayatnya, dan menetaslah generasi baru. (Sarah Al-Mustanirah / Mutmainnah Salam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar