CERITA SANG RATU
Semua penduduk
di hutan sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Singa sang raja hutan sibuk
mengembara meninggalkan keluarga tercintanya. Semut-semut sibuk dengan
kehidupannya membangun istana mereka, mengumpulkan makanan mereka untuk
jaga-jaga musim paceklik tiba. Mereka saling menghargai di hutan. Hanya satu
yang paling tak terpandang di hutan antah berantah itu. Dia si larva, tubuhnya
pucat pasih, bau menjijikkan. Tak satupun makhluk yang peduli dengan hidup
makhluk malang ini. Kecuali sang pemangsa serangga yang menjadikannya sebagai
penggajal perut.
Ia tak tahu
siapa dan dari mana dia berasal. Larva hanya tahu menggeliat, tersembunyi di
keramaian yang ada. Dia sibuk dengan dunianya sendiri mencari makan dan
berlindung hanya untuk bertahan hidup. Setiap malam dia hanya bisa membayangkan
entah jadi apakah dia nanti, jadi kupu-kupu yang indah beterbangan diantara
bunga-bunga yang indah, tapi rasanya sulit baginya, ia larva yang sangat kecil
dibandingkan larva kupu-kupu. Ataukah dia menjadi lalat yang kerjanya ditempat
kotor? ah dia tak mau menjadi makhluk terkotor di dunia ini, dia cukup
menderita dengan hidupnya sebagai larva, atau mungkinkah dia menjadi belalang
yang berada dipadang rumput, bagaimana mungkin dia menjadi pemangsa utama
dirinya. Hahaha dia hanya bisa tertawa membayangkan masa depannya. Namun setiap
malam ia berdoa agar kedepannya ia menjadi makhluk yang berguna bagi makhluk
lain.
Hingga tiba
saatnya, ketika berkarya dalam diam merupakan jembatan bagi terkabulnya doa
yang dipanjatkan setiap hari. Pupa terbentuk dan ada makhluk yang diam-diam
berproses dalamnya tanpa membiarkan dunia mengintip bagaimana isinya. Dan jawabanya
adalah ia menjadi seekor Ratu lebah yang cantik, bermata jeli, bertubuh molek
dan menjadi primadona dari semua penduduk lebah. Ketika bersarang segerombolan
pasukan melebah pekerja menemukanya menari diatas bunga yang bermekaran.
Kebetulan di istana para lebah pekerja itu mengalami kekosongan singgasana
karena hilangnya telur Ratu mereka beberapa hari yang lalu. Ia digiring menuju
istana sarang yang telah berisi ribuan para lebah pekerja, istananya
bersekat-sekat heksagonal yang sangat bersih dihuni oleh lebah jantan dan
ribuan lebah pekerja. Ia akhirnya menjadi satu-satunya ratu lebah yang ada dalam istana tersebut.
Indah memang
ketika menjadi seorang ratu dalam istana. Selain keanggunannya, kekuatan yang
ada dalam dirinya luar biasa. Ia mampu menyengat siapa saja yang menganggu
penduduk dalam istana dan dia berada dalam garda terdepan jika terjadi ancaman.
Ratu lebah sekarang sangat sabar dan sangat mencintai rakyatnya. Ia selalu
bijak dalam mengarahkan rakyatnya dalam bekerja mencari nektar untuk madunya
tanpa disadari madu itu sangat berguna bagi kerajaan manusia. Setiap pagi ia
menari, menyanyi agar rakyat pekerja bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.
Di istana yang
dibangun sangat megah berada diatas ranting pohon tertinggi, tidak terjamah
oleh hewan bahkan tangan makhluk yang bernama manusia. Dalam istana terdapat
lebah jantan yang sangat rajin menjaga sarang dan membersihkan sarang dari
kotoran. Kadang-kadang terbang sebentar kala cuaca cerah. Untuk makan, lebah
jantan lazim disuapi lebah pekerja. Sayangnya, saat musim paceklik tiba,
sebagian lebah jantan dibinasakan dan dikeluarkan oleh lebah-lebah pekerja dari
sarang. Entah apa alasannya mungkin agar lebah jantan harus terlatih pada
kerasnya hidup diluar sarang atau untuk mempersiapkan diri pada sayembara
kerajaan yang akan dilaksanakan.
Mayoritas
penduduk dalam istana adalah lebah pekerja. setiap lebah pekerja melakukan
tugas tertentu sesuai umur yaitu membuat sarang, membersihkan sarang, mengisi
madu, memberi makan larva, mengangkut pollen dan
menjaga sarang. Pembagian tugas dan organisasi lebah madu sangat teratur,
tertib dan disiplin atas kesadaran diri. Semua tugas di dalam sarang,
sepenuhnya diatur lebah rumah tangga, sedangkan tugas di luar
sarang jadi tanggung jawab lebah lapangan. Itulah sebabnya sang ratu sangat
menghargai lebah ini, disamping kuantitasnya paling banyak, tugas yang
diembannya cukup berat.
Usia sang Ratu
mendekati umur 23 hari, umur yang sewajarnya ia menghasilkan keturunan untuk
mencetak generasi-generasi penghasil madu selanjutnya. Ia menyadari bahwa
sebentar lagi ia akan digantikan ratu lebah selanjutnya. Hal pertama yang dia
lakukan adalah makan sebanyak mungkin ia tak peduli tubuhnya yang begitu cantik
menjadi gemuk. Demi kerajaan katanya, Ia makan terus menerus hingga sayembara
dimulai. Disinilah letak romantisme ala Romeo and Juliet berlangsung. Para
pejantan telah berada di arena terbang sementara Ratu sendiri telah bersedia
berkejar-kejaran dengan sang lebah jantan. Perlombaanpun dimulai semua para
lebah jantan antusias mengejar sang ratu yang lebih dulu beterbangan.
Tingkah para
pejantan yang kalah macam-macam. Ada yang kalah karena terkena embun pagi yang
jatuh, lebah jantan yang terjatuh bertabrakan dengan ranting-ranting pohon,
bertabrakan degan serangga, tertempet getah tanaman adapula yang lebah jantan
yang lepes saat terbang. Hingga menyisakan satu peserta lebah jantan yang
sederhana namun sangat cekatan. Dia tak tahu bahwa kemenangannya itu membawanya
pada kematiannya. Tapi setidaknya ia harus berhasil mendapatkan sang ratu.
Lebah jantan itu akhirnya menjadi pemenang yang terbang menyusul sang Ratu berhak
mengawini. Perkawinan berlangsung kala terbang di udara terbuka. Seusai kawin,
keduanya jatuh ke tanah. Lebah jantan mati seketika menyisakan Ratu yang Hamil
tiba-tiba. Sang ratu kembali kesarangnya, merawat telur-telurnya, menjaganya
agar semua telurnya tidak tesesat seperti dirinya dulu hingga akhir hayatnya,
dan menetaslah generasi baru. (Sarah
Al-Mustanirah / Mutmainnah Salam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar